Kisah Tustel yang Malang

on Senin, 15 November 2010

Oleh : AA Gym

Suatu Ketika di Makkah saya melihat seseorang yang memotret dengan tustel canggih.  Prat-pret-prot.  Wah, tustel apaan seperti ini?  pikir saya.  Ternyata, tustelnya menggunakan remote.
“Aa harus punya tustel yang seperti ini?”
“Kenapa memang?”
“Ini penting untuk sejarah pesantren.  Karena kita harus meninggalkan sejarah pesantren dalam bentuk fotografi yang profesional.  Ini walaupun orangnya amatir, hasilnya profesional.  Harus punya, A!”
“Berapa harganya?”
“Masalah harga sebanding dengan teknologi.  Yang penting manfaatnya.  Harga itu lebih kecil dibanding dengan manfaatnya.”
Saya diamkan pertama.  Namun, setiap mau ke Masjidil Haram selalu lewat toko itu.  Lihat, “Aduh bagus nih.  Tinggal satu lagi ..., Jangan-jangan dibeli orang lain.  Gimana kalau dibeli orang? Aduh ....”
Shalat pun hancur.  Itu betul.  Pulang dari masjid muter lewat toko itu lagi.  Begitu ditipunya.
“Ma, kita perlu ya, beli tustel.”
“Aa teh nanya atau mau meyakinkan?”
“Kita kan perlu Ma, bikin kalender, sejarah.”
“Harganya berapa?”
Saya sebutin harganya, agak mahal.
“Wah A, hati-hati, menurut ceramah Aa makin mahal makin nyiksa.”
“Iya tapi kan itu buat orang lain ....”
“Awas, A.  Hati-hati jangan terjebak oleh nafsu.” Ada benarnya juga.  Tapi, ya, nggak kuat ingin sekali.
“Ma, doakan saja.  Ini mah penting.”
Akhirnya, saya beli.  Dan tustel ini mulai menyiksa dan memperbudak.  Ke masjid nggak boleh masuk karena dilarang bawa tustel.  Shalat kadang-kadang diluar karena ingin motret.  Motret saja terus.  Ketika diafdruk, kaget tidak ada wajah sayanya karena tidak boleh dipinjam.
Pulang ke Indonesia.  Taruh di mana.  Di atas takut jatuh.  Dekat tempat tidur, takut dimainkan anak.  Euuh ...benar-benar menyiksa.
Kalau ada yang mau pinjam, saya menjadi orang yang sangat cerewet.
Sampai akhirnya datanglah pertolongan Allah yang Maha Agung.  Suatu saat ada pesantren kilat, tustel ini dipinjam oleh panita.  Di lapangan IKIP, sesudah olah raga rupanya tustel itu disimpan di pinggir pagar.
“Aa, tustel itu tadi saya simpan di pinggir pagar.  Tapi ketika saya datang, tustel itu sudah nggak ada, A.”
“Hah, nggak ada?  Alhamdulillah! Selamat sekarang, tidak akan takut hilang lagi, tidak akan takut rusak.  Tidak usah banyak dipikirkan.”
Demi Allah, sampai sekarang masih banyak yang motret, tidak harus pakai tustel itu.  Demikianlah pertolongan Allah.  Jangan sampai kita diperbudak oleh sesuatu yang mahal karena semua itu akan meyiksa sekali seperti pengalaman tadi.



 

Doa Cinta

on Selasa, 09 November 2010


Doa Nabi Muhammad SAW pada pernikahan Fatimah Azzahra dan Ali Bin Abi Thalib

Ya Allah,
Andai Kau berkenan, limpahkanlah rasa cinta kepada kami,
Yang Kau jadikan pengikat rindu Rasulullah dan Khadijah Al Qubro
Yang Kau jadikan mata air kasih sayang
Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az Zahra
Yang Kau jadikan penghias keluarga Nabi-Mu yang suci.
Ya Allah,
Andai semua itu tak layak bagi kami,
Maka cukupkanlah permohonan kami dengan ridlo-Mu
Jadikanlah kami Suami & Istri yang saling mencintai di kala dekat,
Saling menjaga kehormatan dikala jauh,
Saling menghibur dikala duka,
Saling mengingatkan dikala bahagia,
Saling mendoakan dalam kebaikan dan ketaqwaan,
Serta saling menyempurnakan dalam peribadatan.
Ya Allah,
Sempurnakanlah kebahagiaan kami
Dengan menjadikan perkawinan kami ini sebagai ibadah kepada-Mu
Dan bukti ketaatan kami kepada sunnah Rasul-Mu.

Amin
Ya Allah…
Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui bahwa hati-hati ini telah berkumpul untuk mencurahkan cinta hanya kepada-Mu, bertemu untuk taat kepada-Mu, bersatu dalam rangka menyeru [di jalan]-Mu, dan berjanji setia untuk membela syariat-Mu maka kuatkanlah ikatan pertaliannya.

Ya Allah…
Abadikan kasih sayangnya, tunjukkanlah jalannya dan penuhilah dengan cahaya-Mu yang tidak pernah redup, lapangkanlah dadanya dengan limpahan iman dan keindahan tawakal kepada-Mu, hidupkanlah dengan ma’rifat-Mu, dan matikanlah dalam keadaan syahid di jalan-Mu. Sesungguhnya Engkau sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong. Dan semoga shalawat serta salam selalu tercurah kepada Mudammad SAW, kepada keluarganya dan kepada semua sahabatnya.

Ya Allah…
Hari ini  dua hamba-Mu yang dhaif mematri janji dalam Mitsaqan Ghaliza di hadapan kebesaran-Mu. Kami tahu tidak mudah untuk memelihara ikatan suci ini dalam naungan ridha dan maghfirah-Mu. Kami tahu, amat berat bagi kami untuk mengayuh perahu rumah tangga kami menghadapi taufan godaan di hadapan kami. Karena itulah, kami datang memohon rahman dan rahim-Mu.

Tunjukilah kami jalan yang lurus, jalan orang-orang yang lebih Engkau anugerahi kenikmatan, bukan-nya jalan orang-orang yang Engkau timpai kemurkaan, bukan pula jalan orang-orang yang Engkau tenggelam dalam kesesatan. Sinarilah hati kami dengan cahaya petunjuk-Mu.

Terangilah jalan kami dengan sinar taufik-Mu. Kalau Engkau berkenan menganugerahkan nikmat-Mu atas kami, bantulah kami untuk banyak berdzikir dan bersyukur atas nikmat-Mu itu. Hindari kami dari orang-orang yang terlena dalam kemewahan dunia. Lembutkan hati kami untuk merasakan curahan rahmat-Mu.

Ya Allah…
Indahkanlah rumah kami dengan kalimat-kalimat-Mu yang suci. Suburkanlah kami dengan keturunan yang membesarkan asma-Mu. Penuhi kami dengan amal shaleh yang Engkau ridhai. Jadikan mereka Yaa…Allah teladan yang baik bagi manusia.

Ya Allah…
Damaikanlah pertengkaran di antara kami, pertautkan hati kami, dan tunjukkan kepada kami jalan-jalan keselamatan. Selamatkan kami dari kegelapan kepada cahaya. Jauhkan kami dari kejelekan yang tampak dan tersembunyi.

Ya Allah…
Berkatilah pendengaran kami, penglihatan kami, hati kami, suami/isteri kami, keturunan kami dan ampunilah kami.

Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Amiin…

Allahu Rabbi... "Aku minta izin bila suatu saat aku jatuh cinta...jangan biarkan cinta untuk Mu berkurang, hingga membuatku lalai akan adanya Engkau.." Allahu Rabbi... "Aku punya pilihan bila suatu saat aku JAtuh cinta...Penuhilah hati ku dengan bilangan cinta Mu yang tak terbatas, Biar rasaku pada Mu tetap utuh..." Allahu Rabbi... "Bila suatu saat aku jatuh cinta...Pilihkan untuk ku seseorang yang HAtinya Penuh dengan kasih Mu dan Membuatku semakin Mengagumi Mu..." Allahu Rabbi... "Bila suatu saat aku jatuh cinta...Pertemukanlah kami, berilah kami kesempatan untuk lebih mendekati Cinta Mu..." Allahu Rabbi... "Pintaku terakhir adalah ...seandainya aku jatuh cinta ... jangan pernah KAu palingkan wajah Mu dariku...Anugrahkanlah aku Cinta Mu...Cinta yang tak pernah pupus oleh waktu..." AMIN....

Bila Al Qur'an bisa bicara !


Waktu engkau masih kanak-kanak, kau laksana kawan sejatiku.
Dengan wudu' aku kau sentuh dalam keadaan suci.
Aku kau pegang, kau junjung dan kau pelajari.
Aku engkau baca dengan suara lirih ataupun keras setiap hari
Setelah usai engkaupun selalu menciumku mesra.

Sekarang engkau telah dewasa...
Nampaknya kau sudah tak berminat lagi padaku...
Apakah aku bacaan usang yang tinggal sejarah...
Menurutmu barangkali aku bacaan yang tidak menambah pengetahuanmu.
Atau menurutmu aku hanya untuk anak kecil yang belajar mengaji saja?
Sekarang aku engkau simpan rapi sekali hingga kadang engkau lupa dimana menyimpannya.
Aku sudah engkau anggap hanya sebagai perhiasan rumahmu
Kadang kala aku dijadikan mas kawin agar engkau dianggap bertaqwa.
Atau aku kau buat penangkal untuk menakuti hantu dan syetan.
Kini aku lebih banyak tersingkir, dibiarkan dalam kesendirian dalam kesepian.
Di atas lemari, di dalam laci, aku engkau pendamkan.

Dulu...pagi-pagi...surah-surah yang ada padaku engkau baca beberapa halaman.
Sore harinya aku kau baca beramai-ramai bersama temanmu di surau.....
Sekarang... pagi-pagi sambil minum kopi...engkau baca Koran pagi atau nonton berita TV.
Waktu senggang..engkau sempatkan membaca buku karangan manusia.
Sedangkan aku yang berisi ayat-ayat yang datang dari Allah Yang Maha Perkasa.
Engkau campakkan, engkau abaikan dan engkau lupakan...

Waktu berangkat kerjapun kadang engkau lupa baca pembuka surah2ku (Basmalah)
Diperjalanan engkau lebih asyik menikmati musik duniawi
Tidak ada kaset yang berisi ayat Alloh yang terdapat padaku di laci mobilmu.
Sepanjang perjalanan radiomu selalu tertuju ke stasiun radio favoritmu.
Aku tahu kalau itu bukan Stasiun Radio yang senantiasa melantunkan ayatku.

Di meja kerjamu tidak ada aku untuk kau baca sebelum kau mulai kerja.
Di Komputermu pun kau putar musik favoritmu.
Jarang sekali engkau putar ayat-ayatku melantun.
E-mail temanmu yang ada ayat-ayatkupun kadang kau abaikan
Engkau terlalu sibuk dengan urusan duniamu.
Benarlah dugaanku bahwa engkau kini sudah benar-benar melupakanku.
Bila malam tiba engkau tahan nongkrong berjam-jam di depan TV.
Menonton pertandingan Liga Italia , musik atau Film dan Sinetron laga.
Di depan komputer berjam-jam engkau betah duduk.
Hanya sekedar membaca berita murahan dan gambar sampah.

Waktupun cepat berlalu...aku menjadi semakin kusam dalam lemari.
Mengumpul debu dilapisi abu dan mungkin dimakan kutu.
Seingatku hanya awal Ramadhan engkau membacaku kembali.
Itupun hanya beberapa lembar dariku.
Dengan suara dan lafadz yang tidak semerdu dulu.
Engkaupun kini terbata-bata dan kurang lancar lagi setiap membacaku.

Apakah Koran, TV, radio , komputer, dapat memberimu pertolongan?
Bila engkau di kubur sendirian menunggu sampai kiamat tiba.
Engkau akan diperiksa oleh para malaikat suruhanNya.
Hanya dengan ayat-ayat Allah yang ada padaku engkau dapat selamat melaluinya.

Sekarang engkau begitu enteng membuang waktumu...
Setiap saat berlalu...kuranglah jatah umurmu...
Dan akhirnya kubur sentiasa menunggu kedatanganmu..
Engkau bisa kembali kepada Tuhanmu sewaktu-waktu
Apabila malaikat maut mengetuk pintu rumahmu.

Bila aku engkau baca selalu dan engkau hayati...
Di kuburmu nanti....
Aku akan datang sebagai pemuda gagah nan tampan.
Yang akan membantu engkau membela diri.
Bukan koran yang engkau baca yang akan membantumu.
Dari perjalanan di alam akhirat.
Tapi Akulah "Qur'an" kitab sucimu.
Yang senantiasa setia menemani dan melindungimu.

Peganglah aku lagi . .. bacalah kembali aku setiap hari.
Karena ayat-ayat yang ada padaku adalah ayat suci.
Yang berasal dari Alloh, Tuhan Yang Maha Mengetahui.
Yang disampaikan oleh Jibril kepada Muhammad Rasulullah.

Keluarkanlah segera aku dari lemari atau lacimu...
Jangan lupa bawa kaset yang ada ayatku dalam laci mobilmu.
Letakkan aku selalu di depan meja kerjamu.
Agar engkau senantiasa mengingat Tuhanmu.

Sentuhilah aku kembali...
Baca dan pelajari lagi aku....
Setiap datangnya pagi dan sore hari.
Seperti dulu....dulu sekali...
Waktu engkau masih kecil , lugu dan polos...
Di surau kecil kampungmu yang damai.

Jangan aku engkau biarkan sendiri....
Dalam bisu dan sepi....

Mahabenar Allah, yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. 


Author :www.awansmart.co.cc

Harapan dan Doa

Seringkali kita sebagai manusia yang pasti memiliki kelemahan dan kekurangan, selalu berharap, berdoa dan memohon kepada Tuhan agar membuat hidup kita menjadi lebih baik namun Tuhan memberikan sesuatu kepada kita baik itu menyenangkan atau menyakitkan tentu ada hikmahnya. Bahkan sakit dan kematian sekali pun dapat mendatangkan kebahagiaan bagi kita atau pun orang lain seandainya kita memahaminya.
Bencana di Indonesia akhir-akhir ini adalah sebuah proses alam yang pasti terjadi .  Alam selalu menjaga keseimbangan bumi ini.  Gempa bumi di Mentawai adalah proses alam untuk membuat lempengan di bawah permukaan tanah menjadi stabil akibat gempa bumi yang terdahulu.  Ibaratnya lempengan yang terluka akibat gempa pertama, akan diobati dan ditutupi oleh gempa yang berikutnya.
Letusan gunung Merapi adalah proses alam untuk membuat tanah menjadi lebih subur karena petani banyak menggunakan bahan kimia yang mengurangi kesuburan tanah.  Material yang dikeluarkan akan akan membuat pasir dan material lain kembali melimpah setelah para penambang mengeruk dan mengambil pasir, batu dan yang lainnya untuk keuntungan mereka. 
Dengan letusan tersebut maka tekanan di bawah permukaan bumi menjadi berkurang dan bumi tidak menahan tekanan tersebut secara berlebihan meski pun pada suatu saat nanti mungkin akan terjadi letusan kembali.  Sekali lagi, semua kejadian alam adalah usaha alam untuk menyeimbangkan kehidupan di bumi ini.

Aku meminta kepada Allah untuk menyingkirkan penderitaanku.
Allah menjawab, Tidak.Itu bukan untuk Kusingkirkan, tetapi agar kau mengalahkannya.

Aku meminta kepada Allah untuk menyempurnakan kecacatanku.
Allah menjawab, Tidak. Jiwa adalah sempurna, badan hanyalah sementara.

Aku meminta kepada Allah untuk menghadiahkanku kesabaran.
Allah menjawab, Tidak. Kesabaran adalah hasil dari kesulitan; itu tidak dihadiahkan, 

itu harus dipelajari.

Aku meminta kepada Allah untuk memberiku kebahagiaan.
Allah menjawab, Tidak. Aku memberimu berkat.Kebahagiaan adalah tergantung padamu.

Aku meminta kepada Allah untuk menjauhkan penderitaan.
Allah menjawab, Tidak. Penderitaan menjauhkanmu dari perhatian duniawi dan
membawamu mendekat padaKu.

Aku meminta kepada Allah untuk menumbuhkan rohku. Allah menjawab, Tidak.
Kau harus menumbuhkannya sendiri, tetapi Aku akan memangkas untuk
membuatmu berbuah

Aku meminta kepada Allah segala hal sehingga aku dapat menikmati hidup.
Allah menjawab, Tidak. Aku akan memberimu hidup, sehingga kau dapat
menikmati segala hal.

Aku meminta kepada Allah membantuku mengasihi orang lain, seperti Ia mengasihiku.
Allah menjawab.. Ahhh, akhirnya kau mengerti.

HARI INI ADALAH MILIKMU JANGAN SIA-SIAKAN .
Bagi dunia kamu mungkin hanyalah seseorang,

Tetapi bagi seseorang kamu adalah dunianya.

Delapan Kebohongan Seorang Ibu Dalam Hidupnya..

on Rabu, 27 Oktober 2010

Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita percaya bahwa kebohongan akan membuat manusia terpuruk dalam penderitaan yang mendalam, tetapi kisah ini justru sebaliknya. Dengan adanya kebohongan ini, makna sesungguhnya dari kebohongan ini justru dapat membuka mata kita dan terbebas dari penderitaan, ibarat sebuah energi yang mampu mendorong mekarnya sekuntum bunga yang paling indah di dunia. Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan porsi nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata :
“Makanlah nak, aku tidak lapar” ———- KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA
Ketika saya mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekiat rumah, ibu berharap dari ikan hasil pancingan, ia bisa memberikan sedikit makanan bergizi untuk petumbuhan. Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu, ibu duduk disamping gw dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku makan. Aku melihat ibu seperti itu, hati juga tersentuh, lalu menggunakan sumpitku dan memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia berkata : 
“Makanlah nak, aku tidak suka makan ikan” ———- KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA
Sekarang aku sudah masuk SMP, demi membiayai sekolah abang dan kakakku, ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak korek api untuk ditempel, dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk menutupi kebutuhan hidup. Di kala musim dingin tiba, aku bangun dari tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan pekerjaanny menempel kotak korek api. Aku berkata :”Ibu, tidurlah, udah malam, besok pagi ibu masih harus kerja. ” Ibu tersenyum dan berkata 
:”Cepatlah tidur nak, aku tidak capek” ———- KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA
Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku pergi ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari, ibu yang tegar dan gigih menunggu aku di bawah terik matahari selama beberapa jam. Ketika bunyi lonceng berbunyi, menandakan ujian sudah selesai. Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol yang dingin untukku. Teh yang begitu kental tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata :
”Minumlah nak, aku tidak haus!” ———- KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT
Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, dia harus membiayai kebutuhan hidup sendiri. Kehidupan keluarga kita pun semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat kondisi keluarga yang semakin parah, ada seorang paman yang baik hati yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat kehidupan kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku untuk menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan nasehat mereka, ibu berkata :
“Saya tidak butuh cinta” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KELIMA
Setelah aku, kakakku dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah dan bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pensiun. Tetapi ibu tidak mau, ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit sayur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kakakku dan abangku yang bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhi kebutuhan ibu, tetapi ibu bersikukuh tidak mau menerima uang tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut. Ibu berkata : 
“Saya punya duit” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KEENAM
Setelah lulus dari S1, aku pun melanjutkan studi ke S2 dan kemudian memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika berkat sebuah beasiswa di sebuah perusahaan. Akhirnya aku pun bekerja di perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati, bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, ia berkata kepadaku 
“Aku tidak terbiasa” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KETUJUH
Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanker lambung, harus dirawat di rumah sakit, aku yang berada jauh di seberang samudra atlantik langsung segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Aku melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani operasi. Ibu yang keliatan sangat tua, menatap aku dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus kering. Aku sambil menatap ibuku sambil berlinang air mata. Hatiku perih, sakit sekali melihat ibuku dalam kondisi seperti ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata : 
“Jangan menangis anakku, Aku tidak kesakitan” ———-KEBOHONGAN IBU YANG KEDELAPAN.
Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, ibuku tercinta menutup matanya untuk yang terakhir kalinya. Dari cerita di atas, saya percaya teman-teman sekalian pasti merasa tersentuh dan ingin sekali mengucapkan : ” Terima kasih ibu ! “Coba dipikir-pikir teman, sudah berapa lamakah kita tidak menelepon ayah ibu kita? Sudah berapa lamakah kita tidak menghabiskan waktu kita untuk berbincang dengan ayah ibu kita? Di tengah-tengah aktivitas kita yang padat ini, kita selalu mempunyai beribu-ribu alasan untuk meninggalkan ayah ibu kita yang kesepian. Kita selalu lupa akan ayah dan ibu yang ada di rumah. Jika dibandingkan dengan pacar kita, kita pasti lebih peduli dengan pacar kita. Buktinya, kita selalu cemas akan kabar pacar kita, cemas apakah dia sudah makan atau belum, cemas apakah dia bahagia bila di samping kita. Namun, apakah kita semua pernah mencemaskan kabar dari ortu kita? Cemas apakah ortu kita sudah makan atau belum? Cemas apakah ortu kita sudah bahagia atau belum? Apakah ini benar? Kalau ya, coba kita renungkan kembali lagi.. Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi ortu kita, lakukanlah yang terbaik. Jangan sampai ada kata “MENYESAL” di kemudian hari.

http://doohan-punk.blogspot.com
Email : doohanim@yahoo.co.id, d00h4n@yahoo.com

Lima Pantangan


Oleh : A. Gymnastiar
Dalam menghadapi kehidupan ini ada lima pantangan yang sebaiknya tidak kita lakukan, yaitu:

  1. Pantang bertindak sia-sia.Setiap tindakan kita sebaiknya terhindar dari kesia-siaan. Setiap tutur kata, setiap langkah dan setiap  apapun hendaknya dilakukan untuk sesuatu yang bermanfaat, baik di dunia maupun akhirat. Jika kita bisa  menghindari kesia-siaan, insya Allah kita akan menjadi ‘pribadi yang sukses’.
  2. Pantang mengeluh. Keluh kesah tidak menyelesaikan masalah. Seandainya dengan mengeluh masalah bisa selesai, maka semua orang akan menyelesaikan masalahnya dengan mengeluh. Tetapi mustahil itu terjadi. Jika kita tidak mengeluh dalam menghadapi segala persoalan, maka insya Allah kita akan menjadi ‘pribadi yang tangguh.’
  3. Pantang menjadi beban. Bersikap mulia dengan tidak menjadi beban bagi orang lain adalah sikap yang sangat terpuji. Walaupun tidak mungkin bagi kita untuk sama sekali tidak bergantung, tetapi paling tidak kita mengurangi sekecil-kecilnya ketergantungan itu. Setiap bantuan orang lain sekecil apapun, sebaiknya segera kita bayar dengan apapun semampu kita. Jika kita tidak menjadi beban orang lain maka insya Allah kita akan mempunyai ‘harga diri’ yang tinggi.
  4. Pantang berkhianat. Berkhianat adalah sikap yang sangat tercela. Sesulit apapun keadaan kita, jangan pernah berkhianat. Jika kita tidak pernah berkhianat maka kita akan menjadi pribadi yang ‘terpercaya’. Nah, kepercayaan inilah modal yang sangat berharga dalam mengarungi hidup. 
  5. Pantang mengotori hati. Hati adalah komponen yang sangat penting dalam tubuh. Jika hati baik, maka menjadi baiklah seluruh tubuhnya. Sebaliknya jika hati buruk, maka buruklah sekujur tubuhnya. Jika kita bisa menjaga hati tetap bersih maka insya Allah kita akan menjadi ‘bahagia’ dan amal ibadah kita diterima.

Membagi Beban

on Minggu, 24 Oktober 2010

Apakah definisi beban?

Apapun definisinya, itu merupakan sesuatu yang harus kita pikul dan layak kita laksanakan dengan sebaik-baiknya seberat apapun itu.  Jika kita ikhlas maka akan menjadi suatu kebaikan dan akan meningkatkan derajat kita. Dan yakinlah Allah tidak akan memberikan beban kepada makhluknya melebihi kemampuannya.

Tapi, apakah beban kita harus kita tanggung sendiri atau kita berbagi untuk meringankan beban kita ?  Kita mungkin akan merasa lebih ringan menghadapi beban jika kita berbagi dengan sesama, namun orang lain akan ikut menanggung beban kita.  Orang lain yang menanggung beban kita juga akan mendapatkan kemuliaan, apalagi jika mampu mencari solusi untuk kita. Jika kita meringankan beban orang lain maka Tuhan juga akan meringankan langkah hidup kita.

Beban akan selalu ada selama hidup kita, jangan sampai hidup yang hanya sekali namum membebani orang lain.  Biarlah orang lain bisa mulia dengan banyak beramal, mungkin dengan bersabar menanggung beban, juga akan membuka jalan kemuliaan bagi kita.